Kamis, 05 Juli 2012

taram nan tujuah


Nagari Taram merupakan sebuah perkampungan kecil nan elok. Terletak di Kec. Harau di Ranah Luak Limo Puluah. Dengan pemandangan yang asri dan udaranya yang sejuk membuat nagari ini menjadi begitu bersahabat bagi setiap insan  yang menetap di dalamnya. Hamparan sawah yang menguning pertanda siap untuk dipanen menghiasi bentangan daratan. Suasana akan semakin alami ketika mata dimanjakan oleh indahnya lekukan Gunung Sago, yang seolah menjadi benteng penghalang dengan kokohnya menolak segala macam bahaya yang datang dari luar.
Meskipun berbatasan langsung dengan hutan Taram tidaklah ketinggalan dalam bidang teknologi. Sentuhan teknologi modern senantiasa menyentuh kampung ini dari masa ke masa. Di zaman pemerintahan Kolonial Belanda pada salah satu bagian di pinggiran hutan di bangun sebuah proyek irigasi berbentuk bendungan yang sampai sekarang masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, tentu saja dengan sedikit pemugaran.
Taram Nan Tujuah begitulah daerah ini lebih dikenal, hal ini bukan berarti tidak beralasan. Pemakaian angka tujuh pada nama nagari ini merupakan sebuah keharusan karena banyak hal yang serba tujuh ada di Taram. Diantaranya  ;  Nagari Taram terdiri dari tujuh suku, yaitu : suku Simabua, Suku Piliang Godang, Suku Piliang Loweh, Suku Bodi Caniago, Suku Sumpadang, Suku Pitopang, dan Suku Malayu. Disini juga terdapat tujuh buah Jorong, yaitu : Jorong Sipatai, Jorong Tanjuang  Ateh, Jorong  Tanjuang Kubang, Jorong Balai Cubadak, Jorong Subarang, Jorong Parak Baru, dan Jorong Gantiang. Selain itu di Taram juga terdapat tujuh buah bukit, yaitu : Bukik Gadang, Bukik Kociak, Bukik Gahudo, Bukik Bakia, Bukik Panjang, Bukik Sigohak,dan  Bukik Pingumbuak.
Berbicara mengenai Bukik Godang, bukik ini merupakan symbol dan sebagai benteng pertahanan bagi masyarakat di saat perang terjadi dahulunya. Sebagai symbol bukit ini merupakan penunjuk arah bagi orang yang ingin mengetahui daerah taram, karena dengan bentuknya yang unik bukit ini telah dapat dilihat dari jauh keberadaannya, ketika dari nagari tetangga orang melihat ke arah Taram maka yang pertama kali terlihat adalah bukik Godang. Sebagai benteng pertahanan bukik ini berfungsi sebagai menara pengintai bagi masyarakat jika sekiranya ada musuh yang bergerak menuju Taram, karena apabila orang berdiri di atas Bukik Godang maka akan dapat melihat dengan jelas ke pusat Kota Payakumbuh.
Asal Mula Nagari Taram
Di pinggir Taram mengalir sebuah sungai yang lumayan besar yang bernama Batang Sinamar (masyarakat menamai sungai dengan batang) yang konon kabarnya dahulu sungai ini dipakai sebagai alat transportasi bagi masyarakat guna berniaga dari satu daerah ke daerah berikutnya. Sebagai jalur transportasi yang lumayan sibuk batang Sinamar kerap kali dilalui oleh para saudagar, hingga suatu hari satu rombongan dari pedagang ini berhenti di tepian batang Sinamar yang persis berada di daerah Taram.
Taram dahulunya merupakan sebuah hutan belantara yang sangat lebat dan belum dihuni oleh manusia. Kedatangan rombongan pedagang itu merupakan langkah awal bagi dibukanya nagari yang kemudian dikenal dengan Taram. Sebagian dari anggota rombongan tadi berjalan-jalan ke tengah hutan dan disana mereka mendapati dataran yang bagus untuk bercocok tanam, disamping tanahnya yang datar daerah ini juga memiliki cadangan air yang melimpah.
Kesan baik yang didapat oleh rombongan tadi membuat mereka untuk mengambil keputusan bahwa mereka akan datang kembali kesana. Kali ini bukan untuk singgah pelepas lelah lagi namun lebih dari itu kedatangan mereka itu adalah untuk membuka hutan dan menjadikan daerah itu sebagai sebuah perkampungan tempat tinggal. Singkat cerita mereka pun akhirnya datang lagi dan mulai manaruko ( membuka lahan untuk dijadikan perumahan dan pertanian).
Seiring berjalannya waktu rombongan demi rombongan pun berdatangan guna mencoba peruntungan di daerah baru yang dikenal bersahabat tersebut sampai menjadi nagari seperti sekarang. Terjadi sebuah berita yang simpang siur tentang siapa yang pertama kali datang ke Taram, dari suku mana beliau. Mengingat tidak adanya berita yang kuat dan bukti yang mendukung maka penulis tidak menyebutkan disini.
Asal Nama Taram
Banyak cerita yang menngkhabarkan tentang sebab daerah ini dinamakan dengan Nagari Taram, disini akan penulis kemukakan beberapa cerita tersebut untuk nanti akan penulis tekankan terhadap pendapat yang sesuai dengan pandangan penulis.
Taram merupakan sebuah nama buluh (sejenis bambu yang kecil) yang dahulu kabarnya banyak tumbuh di daerah ini, karena banyaknya buluh taram ini tumbuh di sana maka orang dahulu menamakannya dengan daerah Taram, artinya daerah yang banyak ditumbuhi buluh taram, serupa dengan penamaan nagari Buluh Kasok, yang juga dinisbatkan dengan nama buluh.
Pendapat lain mengatakan bahwa Taram berasal dari kata tarandam. Penamaan ini berdasarkan kepada seringnya terjadi luapan air Batang Sinamar yang membuat daerah disekitarnya terandam banjir. Luapan air yang kaya akan zat hara tersebut selain mengakibatkan gagal panen, namun di sisi lain juga merupakan berkah bagi berlimpahnya hasil panen pada tahun berikutnya. Karena itulah daerah ini di beri nama Taram yang berarti tarandam.
Pendapat ketiga menyatakan bahwa asal nama Taram adalah kata taran yang berasal dari antaran. Di kaki Bukik Godang terdapat sebuah batu yang menyerupai manusia, konon kabarnya masyarakat sekitar dahulu menjadikan patung itu untuk sembahan mereka. Pada waktu tertentu mereka mengantarkan sesajen untuk patung tersebut. Berbagai macam makanan dan hasil bumi mereka antarkan ke kaki Bukik Godang yang biasa disebut dengan Bukik Talio (bukit leher). Setiap orang yang hendak pergi mengantarkan sesajen ketika ditanya akan menjawab akan pergi maantaran(mengantarkan) sesajen. Lambat laun kata-kata ini menjadi kata Taran dan sampai sekarang dikenal dengan Taram.
Beberapa versi di atas sulit untuk dicari mana yangn benar, namun setidaknya penulis lebih cenderung memilih pendapat yang ketiga. Karena pendapat ketigalah yang lebih logis. Pendapat pertama mengatakan asal kata Taram dari sepokok bambu yang bernama taram, yang konon katanya banyak tumbuh di daerah itu, namun sampai sekarang tidak ada ditemukan manakah bambu yang bernama taram itu. Peendapat kedua mengatakan  Taram berasal dari kata tarandam tidak pula bisa di terima begitu saja, karena jika dilihat kenyataan sekarang daerah yang terendam oleh luapan Batang Sinamar hanyalah sebagian kecil dari daerah Taram, sedangkan sebagian besar daerah lainnya tidak tersentuh oleh rendaman Batang Sinamar. Pendapat ketiga bisa diterima karena apabila dilihat realita memang ada Bukik Talio dan diyakini juga di tengah masyarakat bahwa keyakinan pertama masyarakat Taram dan sekitarnya adalah animisme dan dinamisme, sampai datangnya seorang ulama dari negeri Persia yang mengislamkan masyarakat, mengenai ini akan dibicarakan lebih lanjut dalam pembahasan tersendiri. Bukti lain yang tidak terbantahkan adalah ketika ditanyakan kepada orang tua-tua di Taram dan sekitarnya mereka akan menamakan Taram dengan Taran. Menggunakan akhiran n bukan m sebagaimana sekarang. Hal ini mengindikasikan kebenaran pendapat yang ketiga.
( bersambung Insya Allah)